Selasa, 19 Maret 2013

Ajarkan Optimisme pada Anak



Optimisme pada anak, khusus bagi remaja
mampu atasi depresi dan lindungi dari masalah emosional.
Dalam studi terhadap 5.600 anak pra-remaja di Australia,
ditemukan bahwa pikiran yang optimis
bisa membantu melindungi anak dari masalah emosional,
seperti sikap antisosial, penggunaan narkoba, depresi, dan lainnya.


Optimisme mampu menghadapi permasalahan hidup yang menekan.
Optimisme bisa dibentuk,
namun yang terpenting adalah contoh dari orangtua.


Mencontoh orangtua adalah cara anak belajar menjalani hidup.
Jika orangtua adalah tipe yang optimistis menghadapi hidup,
anak juga akan berlaku seperti itu.


Berikut beberapa tips membuat anak bersikap optimis:


Mendengar dengan seksama
Biarkan anak utarakan apa yang ingin diungkap,
orangtua harus mendengar tanpa menghakimi.
Anak-anak memiliki perasaan yang kuat
tetapi tak punya kata-kata yang tepat untuk mengekspresikannya.
Cerita yang diutarakan merupakan pembelajaran proses berpikir mereka.
Mereka bisa saja bilang, "Saya benci Matematika!"
padahal maksudnya adalah
"Bagaimana caranya saya bisa belajar Matematika dengan lebih baik?"
Tugas para orangtua adalah mencari tahu apa yang ingin mereka ucapkan.


Hindari pelabelan
Sadar atau tidak,
anak-anak akan berusaha memenuhi atau melawan pengharapan orangtuanya.
Ketika orangtua mengatakan, "Ia sangat pemalu,"
dan si anak mendengarnya,
hal itu akan menjadi identitas permanen dalam dirinya.
Pelabelan negatif pada anak bisa membahayakan konsep diri anak. 


Bantu anak menghadapi masalah
Anak remaja ingin dimengerti dengan serius,
orangtua harus menghadapi keadaannya.
Jika si anak menyatakan enggan pergi ke sekolah,
orangtua jangan menjawab dengan kalimat klise
seperti, "Tenang, semua akan baik-baik saja!"
Tanya apa yang mengganggunya
sehingga tidak nyaman pergi ke sekolah
Dan cari hal-hal yang disukai anak di sekolah. 


Melihat sisi baik
Tunjukkan kepada si anak mengenai sisi baik dan sisi buruk
dari setiap situasi yang ia hadapi.
Saat si kecil merasa sedih
dan melihat dunia sebagai tempat yang sangat buruk untuk ditinggali,
orangtua bisa mengatakan
bahwa dunia butuh keseimbangan
hal-hal buruk bisa terjadi,
sehingga kita bisa melihat hal-hal baik
dan menghargainya lebih baik.


Optimisme dan harapan adalah hal yang sangat erat
para orangtua sering mengabaikannya.
Padahal hal itu diperlukan oleh anak
untuk bangun di pagi hari
dan menjalani hari-hari yang membentang dihadapannya.


*Sumber: KOMPAS.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar